Sebelumnya, saya selalu tertawa sinis saat mendengar ungkapan: cinta itu buta. Buat saya, itu klise dan bodoh rasanya. Kalau cinta tak membuat bahagia, kenapa orang tak meninggalkannya saja?
Tapi sekarang saya tahu, cinta tak sesederhana itu. Sangat sulit meninggalkan seseorang yang sudah menyakiti, jika kita masih punya hati. Saya seperti menelan ludah sendiri. Dan rasanya tak enak sekali. Kamulah yang membuat saya seperti ini. Kamu yang selalu berjanji, namun tampaknya alpa menepati.

Saya masih ingat ketika kamu menenangkan hati ini — bahwa kelak kita akan bertemu kembali.

Rumahku adalah kamu via www.youtube.com
Siang itu, saat jarak belum datang, kamu tak henti-hentinya menenangkan sekaligus meyakinkan. Bahwa cinta ini patut dijaga dan dipertahkan. Sebab janjimu, kelak kita pasti akan bertemu kembali. Kelak, kita akan selayaknya pasangan normal yang merajut cinta bersama-sama setiap harinya. Membangun masa depan bersama, hingga sama-sama menua.
Tentu saja saya percaya. Tak ada opsi lain selain membutakan mata dan berkata iya. Tanpa sadar, saya sedang menggadaikan kebahagiaan sendiri. Karena kamu dan janji-janji.

Saya pun berharap pertemuan. Walau rindu tumbuh dan tak tertuntaskan

Walau terpisah 38.000 kaki…… via www.youtube.com
Entah sudah berapa banyak omongan teman ataupun keluarga yang saya abaikan, karena saya terlalu keras kepala. Sampai kalender habis dan waktu bergulir tak terasa. Kamu tak datang juga. Jika janji dan ekspektasi adalah bab pertama, kamu sang penulis lupa mengembangkannya menjadi satu cerita utuh yang berakhir bahagia.

Sampai datang tawaran cinta yang lain, saya masih tetap bergeming

Ada yang datang, tapi aku tetap enggan via www.youtube.com
Cinta kepada kamu benar-benar membuat saya buta untuk melihat cinta lain yang lebih nyata. Beberapa bulan setelah perpisahan kita, lelaki yang datang mendekatiku terus saja bergulir. Awalnya saya berpikir ini sebuah ujian, apakah saya kuat menghadapi tawaran cinta-cinta itu. Namun kini saya sadar, jika semua itu adalah cara Tuhan membukakan mata, hati dan telinga untuk tak terus bergeming pada sosokmu juga janji indah itu.
Tapi sekali lagi, saya ini gadis yang terlalu keras untuk menerima kenyataan dan membuka mata lebar-lebar. Saya masih terus saja bergeming dalam angan tentang bagaimana kira-kira pertemuan kita nantinya. Saya masih saja bergeming, berharap pengorbanan akan terbayar bersama takdir yang kelak datang.

Andai kamu membaca ini, saya jelaskan sekali lagi. Saya tetap percaya meski telah tersakiti.

Keajaiban itu ada kok. Aku percaya via www.youtube.com
Mungkin ini memang konsekuensi dari menjadi keras kepala. Tapi, saya tetap tak bisa membunuh cinta yang sudah telanjur ada. Justru saya masih sedikit berharap, kamu akan membaca tulisan ini. Lalu berpikir ulang, tentang si gadis yang meski telah disakiti tapi tetap setia mencintaimu sepenuh hati.
Wahai Maha Pembolak Balik Hati, bisakah itu terjadi?
Sumber : http://www.hipwee.com/hubungan/4-alasan-yang-membuatmu-tetap-bertahan-meski-pernah-tersakiti/?utm_source=facebook&utm_medium=cpc&utm_campaign=HWcpcagstily